Blog

Pemaparan Hasil Akhir Uji Coba Konseling Pendidikan Keluarga “Ayo Cegah Stunting”

Bandung, 27 Nov 2020. Tanpa terasa, hampir 4 bulan berlalu. Setelah kebut-kebutan dengan kejar tayang cetak media dan modul, merasakan repotnya pelatihan jarak jauh perdana dengan sinyal byar pet, memantau kerja keras ibu-ibu konseling pendidikan keluarga untuk pencegahan stunting dalam 1000HPK, dan bersama-sama mengevaluasi semua yang telah dilalui, tiba saatnya memaparkan hasil uji coba. Entah bagaimana, ternyata Dinas Kab. Bogor dan Rotary Club meminta pemaparan pada hari yang sama. Belajar dari para konselor, biar bagaimanapun jawaban pertama harus yakin, “Siap!”

Pk. 9.00 tim F2H dari Bandung dan Bogor masuk ke zoom meeting Penguatan Gugus Tugas PAUD HI, yang dimoderatori oleh Pak Wembi. Hadir pula perwakilan dari Rotary Club District 3410 Indonesia bagian Barat. District Governor Ibu Rozi memperkenalkan singkat Rotary Club dan program “Ayo Cegah Stunting”, kemudian dr. Lies mewakili F2H menjelaskan 3 masalah yang melandasi program ini: 1) media informasi-komunikasi-edukasi yang belum merata di kelompok sasaran (ibu hamil dan ibu dari anak bawah dua tahun); 2) kondisi pandemi yang memengaruhi layanan PAUD dan Posyandu; 3) intervensi belum terintegrasi – idealnya suplementasi nutrisi dibarengi stimulasi perkembangan.

Berikutnya giliran para konselor (diwakili oleh Ibu Dede, Ibu Nina, Ibu Yayan, dan Ibu Ade) berbagi pengalaman di lapangan. Ada klien yang mengalami pernikahan dini. Ada juga klien yang hanya memberikan bubur polos pada anaknya karena mitos setempat. Setelah mendapat penjelasan konselor, pada kunjungan kedua sang ibu nampak memberikan sayur dan telur sebagai pelengkap bubur anaknya. Klien lain malah menghindar saat berusaha ditemui. “Dari informasi tetangganya, pas hamil tidak makan sayur, kurang minum, ASI kurang. Usia 4 bulan bayinya sudah diberi makan. Terjadi masalah kesehatan, sering rewel, sering mencret.” Rupanya sang klien takut disalahkan.

Beberapa tanggapan positif muncul dari perwakilan lintas sektor yang hadir, salah satunya adalah penjajakan kerja sama dengan penyuluh non-PNS program kemenag untuk penguatan keluarga.

Pada pertemuan zoom berikutnya dengan Rotary Club, Ibu Rozi menyampaikan bahwa masih banyak yang skeptis, menganggap bahwa stunting takkan selesai jika kemiskinan tidak tertanggulangi. Namun nyatanya kemiskinan bukan satu-satunya sebab. Terbukti di antara mereka yang rawan stunting ada juga yang mampu jajan hingga dua puluh ribu rupiah sehari.

Sekali lagi para konselor berbagi cerita. Terkait kesadaran stunting di masyarakat “Rata-rata ibu baru ga tau,” ujar Bu Ade. Bu Yayan menambahkan “Sempet saya tanya stunting teh apa? Jawabnya ‘kelaparan’ atau ‘cacingan’. Ada juga yang tau, atau pernah denger, tapi ga tau artinya.” Para konselor juga mengungkapkan perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri, terutama dalam kemampuan berempati.

Sebagai tindak lanjut pihak Rotary berharap dapat mereplikasi di kota lain, walaupun saat ini penggalangan dana masih berlangsung. Di lain pihak, para konselor secara mandiri telah bergerak di tingkat desa, antara lain dengan menjadi narasumber rembug stunting. Ibu Nina menambahkan bahwa para konselor diminta untuk melatih para kader Posyandu. Betul, jalan masih panjang. Namun kalau kita nikmati, perjalanan itu akan terasa menyenangkan.